TANYALAH HATI NURANIMU

Rasulullah SAW bersabda; "Tanyakan pada hatimu sendiri! Kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menimbulkan keraguan dalam jiwa dan rasa gundah dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya." [HR Imam Ahmad bin Hanbal]

MENGAPA AKU BELAJAR AL-QURAN?

Rasulullah SAW bersabda; "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. - Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Quran itu pada hari Kiamat akan memberikan syafa’at kepada pembacanya" [HR. Bukhari - Muslim]

RAHASIA DI SEKITAR DUNIA IBUKU

Rasulullah SAW bersabda; "Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: masuklah engkau dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." [HR Imam Ahmad bin Hanbal]

SUDAH BAIKKAH SHALATKU?

Rasulullah SAW bersabda: "Yang pertama kali akan dihisab dari seseorang pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak akan rusak pula seluruh amal perbuatannya." [HR. At-Thabrani - Dari Anas RA]

AJARI KAMI ILMU YANG BAIK

Rasulullah SAW bersabda; "Mendidik anak lebih baik bagimu daripada setiap hari bersedekah satu sha - Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama daripada (pendidikan) akhlak yang baik." [HR. At-Tirmidzi Dari Jabir bin Samurah r.a dan Amr bin Sa’id bin Ash r.a]

Tampilkan postingan dengan label Alam Ghaib. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alam Ghaib. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Juli 2011

DAPATKAH HAL-HAL GHAIB DIKETAHUI?




Di antara sifat seorang mukmin dan salah satu karakter orang yang bertaqwa adalah dia beriman, berkeyakinan tentang adanya hal-hal ghaib yaitu membenarkan segala sesuatu yang telah dikhabarkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya dari hal-hal ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera dan tidak bisa dicapai oleh akal manusia, akan tetapi hanya diketahui berdasarkan wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul.

Allah subhanahu wata’ala berfirman;
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

"Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. al-Baqarah [2]: 1-3). 

Ahlus Sunnah wal Jama'ah juga berkeyakinan bahwa pengetahuan terhadap yang ghaib termasuk hal yang menjadi rahasia Allah subhanahu wata’ala dan sifat-Nya yang paling khusus, yang tidak satu makhluk-pun dapat menyamai-Nya, sebagaimana firman-Nya;


وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelei daun-pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Makhfudz)" (QS. al-An'am [6]: 59)

Maka siapa yang berkeyakinan bahwa dirinya atau orang lain boleh menguasai atau mengetahui perkara ghaib berarti ia telah kufur, karena hal ini tidak pernah diberitakan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada siapa pun; tidak kepada para malaikat yang dekat dan tidak juga kepada para rasul yang diutus.

Allah subhanahu wata’ala berfirman;


قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
"Katakanlah! (Hai Muhammad) Tiada seorang pun baik di langit maupun di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka dibangkitkan" (QS.An-Naml [27]: 65)

Dan firman-Nya;



قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ
"Katakanlah! (Hai Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahasia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku" (QS.Al-An'am [6]:50)
Ada pun perkara-perkara yang ghaib yang dikhabarkan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menghabarkan kepada ummatnya tentang tanda-tanda hari Kiamat; Tentang adanya surga dan neraka; Tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur, serta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memegang leher jin Ifrit ketika beliau diganggu oleh Jin tersebut di dalam shalatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, dan hal-hal ghaib lainnya, maka yang demikian, tiada lain sebagai salah satu tanda kenabian dan keistimewaan bagi beliau, dan merupakan wahyu Ilahi, sebab beliau tidak bertutur kata melainkan berdasarkan wahyu Allah subhanahu wata’ala.

Allah subhanahu wata’ala berfirman;



عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً
إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً
"(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang hal ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya". (QS. Al-Jinn [72]: 26-27) 
Namun sangat disayangkan di antara kaum Muslimin masih banyak yang percaya kepada cerita-cerita khurafat, mistik, dan cerita-cerita syirik jahiliyah. Misalnya keyakinan bahwa ada di antara manusia yang dapat mengetahui perkara yang ghaib, bisa mengetahui nasib seseorang, mengetahui peristiwa yang akan datang, bisa melakukan penerawangan dan bahkan mengaku bisa melihat makhluk-makhluk ghaib seperti Jin. Fenomena demikian sering kita dapati di sekitar kita, apalagi dengan adanya sekian banyak bentuk tayangan media, baik cetak ataupun elektronik yang menggambarkan demikian, dan hal itu justru memperparah dan seolah-olah telah melegitimasi bahwa yang demikian adalah benar, padahal justru sebaliknya. Keyakinan-keyakinan yang ada merupakan keyakinan yang menyimpang yang sangat membahaya kan aqidah seorang Muslim.
Pada dasarnya yang mereka lakukan itu hanyalah tipu daya jin dan propaganda syaithan untuk menggiring kaum Muslimin agar jauh dari tuntunan al-Qur'an dan as-Sunnah, kemudian terjerumus ke lembah kesyirikan dan terkubur ke dalam lumpur kekufuran. Karena hal ini merupakan perbuatan menyekutukan Allah subhanahu wata’ala dengan selain-Nya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah subhanahu wata’ala, yaitu mengetahui hal-hal yang ghaib.

Allah subhanahu wata’ala berfirman;



إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS. Al-A'raf [7]:27) 

Dengan demikian klaim seseorang yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, sehingga mereka menjalani aktivitas hidupnya berdasarkan saran-saran yang disampaikan oleh sang pendusta tukang ramal dan sebangsanya, padahal dia pada dasarnya tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudharat kepada siapa pun.
Allah subhanahu wata’ala berfirman;


قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ
"Katakanlah! (Hai Muhammad), “Aku tidak berkuasa mendatangkan manfa'at bagi diriku dan tidak (pula kuasa) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan." (QS.Al-'Araf [7]:188) 
Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saja tidak mengetahui hal-hal yang ghaib selain yang diwahyukan kepadanya, bahkan dengan terus terang beliau menafikan yang demikian itu atas dirinya, maka bagaimana dengan orang-orang selain beliau? Tentu mereka pasti lebih tidak tahu. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih berhak daripada mereka.
Berkaitan dengan permasalahan ini Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan peringatan dan ancaman dalam banyak hadits beliau.

Allah subhanahu wata’ala berfirman;


فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan". Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim". (QS. Al-An'am [6]:144)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Bukan dari golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan mujur berdasarkan tanda-tanda benda, burung(dan lain-lainnya), yang bertanya dan yang menyampaikannya atau yang bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya, atau yang menyihir dan meminta sihir untuknya, dan siapa yang mendatangi kâhin (dukun dan sejenisnya) lalu membenar kan apa yang diucapkannya maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (murtad dari Islam)" (HR. Al-Bazzâr dengan sanad yang bagus).
Di dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa mendatangi 'arraaf (tukang tenung/peramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari." (HR. Muslim).
Dalam redaksi yang lain beliau bersabda,
"Siapa yang mendatangi 'arraaf (peramal) atau kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad." (HR. Sunan Empat, dan dishahihkan oleh al-Hakim).
Dari hadits-hadits yang mulia ini, menunjukkan larangan mendatangi kahin (dukun), 'arraaf (peramal) atau sebangsanya dalam bentuk apa pun; Larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghaib; Larangan mempercayai dan membenarkan apa yang mereka katakan, serta ancaman bagi mereka yang melakukannya. Ini semua karena mengandung bahaya dan kemungkaran yang sangat besar, dan berakibat negatif yang sangat besar pula, disebabkan mereka telah melakukan kedustaan dan dosa.
Oleh karena itu seorang muslim tidak dibenarkan mendatangi mereka dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan jodoh, pernikahan anak atau saudaranya, atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga, tentang kecintaan dan kesetiaan, dan lain sebagainya. Karena ini berhubungan dengan hal-hal ghaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh siapa pun kecuali hanya Allah subhanahu wata’ala.
Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar kaum Muslimin terpelihara dari tipu daya setan jin dan manusia, dan semoga Allah subhanahu wata’ala selalu memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin agar berhati-hati terhadap mereka, sehingga terjaga dari kejahatan mereka dan segala praktek keji yang mereka lakukan. 

Wallahu a’lam bish shawab.


[Rujukan: Risalah fi Hukmi as-Sihr wa al-Kahanah, Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Kitabut Tauhid II, Tim Ahli Tauhid, Kitabut Tauhid, Muhammad at-Tamimi, Majalah as-Sunnah, 10/VI/1423H-2002M. (Abu Farwah)]


Minggu, 18 Juli 2010

HUKUM BERTANYA KEPADA DUKUN DAN PERAMAL



Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam beserta ahlul bait-nya, para shahabat Salaffus Shalih, para tabi'in, tabi'ut tabi'in serta seluruh umat Islam yang setia dan menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.


Para pembaca rahimakumullah,
Di zaman modern yang serba canggih, semua berita dapat diakses di seluruh dunia dalam waktu yang singkat, masih ada sebagian masyarakat yang mempercayai cerita-cerita atau berita-berita bohong yang tidak berdasar sama sekali, baik secara syar'i yang datang dari Al Qur-an dan As Sunnah, maupun yang dapat diterima oleh akal manusia. Baik cerita dari nenek moyang atau berita dari dukun.

Kami ingin membahas sedikit tentang dukun/tukang ramal, dari mana mereka mendapatkan berita, apa hukum orang yang datang kepada dukun, hukum orang yang mempercayainya, dan contoh-contoh yang ada pada zaman ini.

Pengertian Dukun dan Tukang Ramal
Dukun dalam bahasa Arab disebut Kahin dan tukang ramal disebut 'Arraf.

Pengertian Kahin (dukun) adalah: orang yang memberitakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati.

Pengertian 'Arraf (tukang ramal) adalah: orang yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat, yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat hilangnya suatu barang.

Menurut Syeikh Islam Ibnu Taimiyah:
'Arraf, Kahin, Munajjim (ahli nujum), adalah nama yang sama untuk dua makna di atas. (Al-Jami' Al-Farid, hal 124)

Jadi dalam istilah kita, dukun dan tukang ramal adalah orang yang mengaku mengetahui kejadian yang akan datang, baik itu kabar baik atau jelek, dapat menunjukan barang yang dicuri atau tempat kehilangan suatu barang dan tahu hal-hal yang ghaib serta sesuatu yang ada dalam hati. Allah Ta'ala berfirman:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن
وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
[wa'indahu mafaatihu alghaybi laa ya'lamuhaa illaa huwa waya'lamu maa fii albarri waalbahri wamaa tasquthu min waraqatin illaa ya'lamuhaa walaa habbatin fii zhulumaati al-ardhi walaathbin walaa yaabisin illaa fiikitaabin mubiinin.]
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidaklah jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh )." (QS Al-An'am [6] : 59)

Dalam ayat ini sangat jelas bahwa, sesuatu yang ghaib atau yang akan datang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Ta'ala, bahkan Rasulullah SAW. pun tidak mengetahuinya kecuali sesuatu yang dikabarkan oleh Allah melalui wahyu. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW. ditanya tentang hari kiamat maka beliau tidak mampu menjawab, karena tidak ada yang mengetahui kapan terjadi hari kiamat kecuali hanya Allah Tabaaraka wa Ta'ala.

Juga ketika Rasulullah SAW. meminta kepada Allah Ta'ala agar membolehkan sebagian umatnya yang dilarang untuk minum di telaganya pada hari kiamat kelak. dijawab oleh Allah SWT:

"Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat setelah engkau meninggal".
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW., tidak mengetahui apa yang akan terjadi.

Kalau Rasulullah SAW., yang merupakan makhluk yang paling bertaqwa disisi Allah SWT., serta yang diutus oleh Allah SWT. saja tidak mengetahui sesuatu yang ghaib atau yang akan datang kecuali yang dikabarkan oleh Allah SWT., bagaimana pula dengan yang lainnya yang jauh dari ketaqwaan kepada Allah SWT.

Bahkan sebagian mereka tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban syari'atnya..., baik itu berupa shalat, puasa, atau yang lainnya dengan dalih dia sudah ma'shum, sudah diampunkan dosanya dan lain sebagainya.

Dari Mana Seorang Dukun Mendapatkan Kabar?
Sering kita dengar bahwa dukun fulan mendapatkan kabar atau mengabari akan terjadi ini dan itu. Yang terkadang kabar itu benar walaupun jarang sekali atau cuma sekali. Dari manakah dia mendapatkan kabar tersebut?
Diberitakan dalam sebuah hadits bahwa apabila Allah SWT. memutuskan suatu perkara, para jin pencuri berita yang berdiri satu diatas yang lainnya dari bumi sampai ke langit paling bawah dan mencuri dengar berita tersebut dari pembicaraan malaikat.

Kemudian dia menyampaikannya kepada jin yang di bawahnya, dia juga menyampaikannya kepada jin yang dibawahnya dan demikian seterusnya sampai ke telinga dukun yang ada di bumi.

Terkadang salah satu jin itu disambar bintang berekor (meteor) sebelum menyampaikan berita, juga terkadang dia disambar setelah manyampaikannya dan menambahkan ratusan kebohongan dalam berita tersebut.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa terkadang kabar itu benar, tetapi di dalamnya terkandung ratusan kebohongan yang berasal dari bisikan syaitan. 
Dengan begitu kita sebagai umat Muhammad SAW., ummat yang percaya dengan risalahnya, tidak sepatutnyalah untuk mempercayai kabar-kabar yang berasal dari dukun dan tukang ramal, baik itu kejadian jelek atau baik yang akan menimpa kita. Karena semua kejadian yang akan terjadi tidak ada yang dapat mengetahui kecuali Allah SWT., dan tidak akan terjadi kecuali atas kehendak-Nya.

Apa Hukum Orang Yang Mendatangi Dukun Atau Paranormal?
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dari istri-istri Rasulullah SAW. dari Nabi SAW., beliau bersabda yang artinya:

"Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selam empat puluh hari."

Diriwayatkan juga oleh oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW. bersabda yang artinya:

"Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya maka dia telah kufur dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW."

Dan dari Abu Hurairah juga:
"Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya meka dia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW."

Dari tiga hadits diatas kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang datang kepada seorang dukun atau peramal dan dia bertanya tentang sesuatu tetapi dia tidak mempercayainya maka hukumnya adalah sholatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari, seperti yang disebutkan dalam hadits pertama.

Akan tetapi jika dia mempercayainya maka hukumnya adalah dia dianggap telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Qur'an, sebagaimana disebutkan dalam dua hadits berikutnya. Hal ini banyak terjadi pada zaman sekarang seperti ramalan-ramalan untuk bintang-bintang tertentu.

Misalnya seseorang berbintang Libra, Leo, Sagitarius atau yang lainnya karena ia dilahirkan pada bulan-bulan tertentu sesuai nama bintang-bintang tersebut. Kemudian ia ingin tahu ramalan untuk bintangnya, baik benar-benar ingin tahu atau sekedar membaca, baik dari koran, majalah atau yang lainnya. Atau ia bertanya langsung kepada tukang ramal tentang apa yang akan terjadi, rezeki, jodohnya, atau yang lainnya.

Maka orang seperti ini dikategorikan orang yang datang kepada tukang ramal atau dukun. Jika ia tidak mempercayainya maka hukumnya adalah sholatnya tidak diterima selama empat puluh hari, tetapi jika ia mempercayainya bahkan ia mengerjakan apa yang diramalkan maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW..

Juga yang banyak terjadi dikalangan kaum Muslimin, ketika seseorang ingin menikah atau mengadakan pesta, ia bertanya kepada tukang ramal kapan hari baiknya atau apa yang akan terjadi jika ia melakukan ini dan itu, kemudian ia mempercayainya bahkan mengerjakan apa yang diminta oleh tukang ramal tersebut. Kebiasaan yang juga banyak dilakukan oleh kaum Muslimin adalah mempercayai kepercayaan bangsa Cina tentang Shio. Misalnya tahun 2000 shionya adalah Naga dan tahun 2001 shio-nya adalah Ular.

Kalau shionya ini maka akan terjadi ini kalau itu maka yang terjadi adalah itu, waspadalah untuk melakukan ini atau kerjakan itu agar hidup anda selamat dsb. Hal-hal seperti ini banyak dipercayai bahkan diikuti oleh kebanyakan kaum Muslimin. Inilah fenomena yang terjaadi dalam masyarakat yang telah mengalami kemajuan teknologi, tetapi mengalami kemunduran dalam Aqidahnya. Kesimpulannya, hukum orang yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya atau kepada dukun paling rendah adalah sholatnya tidak diterima selama empat puluh haridan yang lebih dari itu adalah dia telah kufur kepada apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pelajaran yang dapat kita petik

  • Dukun atau peramal adalah orang yang mengaku mengetahui hal yang ghaib, sesuatu yang akan terjadi, yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat barang yang hilang dan mengaku mengetahui sesuatu yang tersimpan dalam hati.
  • Tukang ramal atau dukun mendapatkan kabar dari jin yang mencuri dengar kabar dari langit yang seringkali mereka disambar bintang berekor (meteor) sebelum menyampaikan berita tersebut kepada yang lain atau dia tidak tersambar dan dapat menyampaikan berita namun dengan menambahkan ratusan kebohongan padanya.
  • Haram hukumnya bertanya kepada tukang ramal. Hukum paling ringan adalah tidak akan diterima sholatnya selama empat puluh hari.






Wallahu a'lam bisshowaab. 
[Tholhah]